Memperkuat Ekosistem Inovasi dan Kolaborasi Mewujudkan Untan yang Berdaya Saing Menuju World Class University
Social Media :
Jl. Prof.Dr.H.Hadari Nawawi / Jendral Ahmad Yani, Pontianak - Kalimantan Barat (78124)
(0561) 739630
untan_59@untan.ac.id
“Membangun Ekosistem Digital Menuju Universitas Siber”
© 2024 Universitas Tanjungpura. All Rights Reserved.
28 Juni 2024
FGD “Petani Organik Muda sebagai Pilar Utama Ketahanan Pangan dan Perubahan Iklim”, di Ruang Sidang Faperta Untan Pontianak, Kamis 27 Juni 2024
PONTIANAK – Indonesia sangat rentan terhadap masalah ketahanan pangan. Hal ini semakin parah karena krisis iklim global yang ekstrem.
Di tengah kondisi ini yang dihadapi negara-negara agraris tersebut, Indonesia juga menghadapi tantangan regenerasi petani.
Hasil Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, petani di Indonesia saat ini mayoritas berusia di atas 55 tahun.
Dalam kurun satu dekade ke depan, bila tidak ada upaya bersama mendorong regenerasi petani muda, Indonesia akan menghadapi krisis petani yang mengancam ketahanan pangan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Aliansi Organis Indonesia (AOI), Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, YSDK Kalimantan Barat, dan Yayasan PRCF Indonesia berkolaborasi melaksanakan Diskusi Grup Terfokus atau Focus Group Discussion (FGD).
Adapun tema FGD tersebut adalah “Petani Organik Muda sebagai Pilar Utama Ketahanan Pangan dan Perubahan Iklim”.
Diskusi ini dilaksanakan secara hybrid di Ruang Sidang Faperta Untan Pontianak pada Kamis 27 Juni 2024. Dihadiri 60 peserta secara offline dan 40 peserta online.
Peserta yang hadir adalah mahasiswa, para akademisi, dan perwakilan NGO serta petani dampingannya di Kalimantan Barat.
FGD ini untuk menghimpun beragam perspektif dan menghasilkan narasi yang lebih lengkap untuk mendorong generasi muda dalm mengambil peran dalam seluruh spektrum pertanian yang berkelanjutan.
Diskusi ini menghadirkan 5 narasumber kunci, yakni:
Prof Dr Ir Denah Suswati MP IPU (Dekan Faperta Untan Pontianak)
Anton Kamaruddin SP MSi (Kepala Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat)
Marcell D.Lodo (Direktur YSDK Kalimantan Barat)
Rio Afiat (Manajer Program “Rimba Pakai Pengidup” PRCF Indonesia), dan
Sukmi Alkausar (Direktur AOI).
Dalam lingkup regenerasi petani muda di Kalimantan Barat, para pembicara kunci menyoroti 2 hal yang menjadi faktor penghambat, yakni:
Pola pikir pemuda terhadap pertanian yang miskin dan kotor,
Pengetahuan yang masih terbatas mengenai pertanian organik.
Terkait hal ini, Dekan Faperta Untan, Prof Denah Suswati mengulas perbedaan mendasar antara praktik pertanian konvensional dengan pertanian organik, yakni pada fokus pencapaian produksi daripada keberlanjutan.
“Ke depan pertanian konvensional mudah-mudahan bisa ditinggalkan. Karena tidak berkelanjutan dan ketergantungan dengan input dari luar. Kita harus menyadari praktik ini betapa merugikan bagi kesehatan dan lingkungan,” jelas Prof Denah Suswati.
Sementara itu, Kepala Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Anton Kamaruddin melihat ada peluang ekonomi besar bagi petani muda organik di Kalimantan.
Ia mendorong anak muda mendalami budidaya komoditas andalan Kalimantan seperti mangga, durian, alpukat lilin Singkawang, dan yang terkini budidaya anggur.
Menurutnya, komoditas ini sangat menjanjikan secara nilai ekonomi karena kualitasnya sudah diakui di pasar dunia.
Semua komoditas ini tidak hanya memberi nilai ekonomi, tetapi juga memiliki nilai konservasi dan kelestarian lingkungan.
“Kita harus bisa menjaga komoditas andalan kita sekaligus berkontribusi dalam konservasi sebagai cadangan karbon,” tegas Anton.
Beberapa organisasi masyarakat sipil di Kalimantan Barat telah melakukan upaya untuk mendorong regenerasi petani.
Di antaranya melalui Program Pengelolaan Gambut dari LEISA menuju Pertanian Organik yang Tangguh Iklim dan Berkelanjutan.
YSDK Kalimantan Barat juga memulai melakukan kaderisasi petani dari tingkat keluarga.
Salah seorang petani pengelola lahan gambut yang hadir dalam diskusi ini, Subroto dengan semangat mengajak kaum muda untuk terjun menjadi petani demi keberlanjutan pertanian di Kalimantan.
“Perlu diberikan kesadaran bagi kaum muda bahwa petani adalah pekerjaan yang mulia,” kata Subruto.
Menyambut semangat tersebut, Manajer Program PRCF Indonesia Rio Afiat, juga menekankan, tujuan besarnya adalah bagaimana masyarakat bisa sejahtera dan hutan tetap terjaga dengan baik.
“Tentu untuk mewujudkan ini kita perlu bekerjasama secara pentahelik melibatkan pemerintah, mitra pembangunan, akademisi, media, dan masyarakat,” kata Rio.
FGD ini menjadi kesempatan khusus bagi AOI untuk mengajak kaum muda di Kalimantan bergabung dalam Program Organic Youth Movement.
Program ini merupakan upaya kolaboratif yang diinisiasi AOI untuk menciptakan regenerasi petani organik muda di Indonesia.
Direktur AOI, Sukmi Alkausar menyampaikan, Program Organic Youth Movement (OYM) erat kaitannya dengan wirausahawan muda pertanian organik, baik hulu maupun hilir.
“Saat ini, kami dalam tahap sosialisasi dan akan dilanjutkan dengan bootcamp. Harapannya, petani muda dapat mengembangkan bisnis organik melalui kerjasama dengan inkubator pertanian,” ucap Sukmi.
Diskusi pun berkembang dari para peserta yang hadir. Mulai dari praktik-praktik pertanian organik yang perlu edukasi lebih luas, dukungan konkret dari semua pihak untuk kaum muda, hingga persoalan konflik kepemilikan lahan yang berlarut-larut.
Permasalahan yang dihadapi tersebut dianggap perlu menjadi pekerjaan rumah semua pihak.
Tantangan tersebut justru mendorong multipihak yang hadir bersepakat untuk berkolaborasi menciptakan kampanye dan dukungan konkret kepada kaum muda agar terjun dalam pertanian.
Forum ini ditutup dengan penandatanganan perjanjian kerjasama antara AOI dan Faperta Untan Pontianak.
Kolaborasi ini terwujud karena adanya visi yang sama untuk mewujudkan regenerasi petani muda yang memiliki pengetahuan berbasis iklim untuk masa depan kedaulatan pangan Indonesia.(*)
Previous Post
Next Post
16 November 2024
22 Oktober 2024
21 Oktober 2024
18 Oktober 2024
17 Oktober 2024
17 Juli 2024
28 Juni 2024
27 Juni 2024
19 Juni 2024
07 Juni 2024